PEMBINAAN
LOMBA ADIWIYATA TINGKAT PROVINSI BALI
OLEH TIM PEMBINA
KABUPATEN BULELENG TERHADAP
SMP
LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA
Tim pembina kabupaten survey open stage dan kebun |
Tim pembina kabupaten survey gudang sekolah |
Tim kabupaten meninjau green house |
Tim survey kantin ceria sekolah |
Tim survey tong sampah sekolah |
Rapat diskusi hasil pemantauan tim kabupaten |
Situasi rapat hasil pemantauan tim kabupaten |
Ibu Lidya bidang III (sapras) bertanya kepada tim |
Pak Gd Sutanya mengajukan usulan ke tim kabupaten |
Kasek menutup pertemuan pembinaan lomba adiwiyata |
Dalam rapat/diskusi ada beberapa masukan tim yang
dapat redaksi tuliskan, diantaranya;
·
Sesuai dengan buku panduan lomba jadual penilaian
lomba dari tingkat provinsi mulai minggu ke I s/d IV April 2017.
·
Nilai yang dimiliki di aplikasi untuk tingkat
kabupaten minimal 57, harus ditingkatkan menjadi 64 untuk nilai di tingkat
provinsi, jadi sekolah harus meningkatkan lagi 7 poin.
·
Ada beberapa yang mungkin bisa ditingkatkan
poinnya seperti kantin sekolah, ruang kelas, kebersihan sekolah dan sapras
lainnya.
·
Proses lomba adiwiyata ke tingkat provinsi kalau
dulu dengan sistem tunjuk tanpa ada pembinaan yang berarti, tapi sejak tiga
tahun terakhir pembinaannya jelas terprogram. Untuk pembinaan tahun ini Dinas
Lingkungan Hidup mengalami sedikit kendala karena berpisah badannya dengan
Dinas kebersihan dan pertamanan. Jadi semua harus serba baru, data harus dicari
sendiri. Untuk lomba adiwiyata terus berlanjut sifatnya, jika lolos di tingkat
provinsi lanjut ke tingkat nasional, jika telah lolos ditingkat nasional
ditingkatkan ke tingkat adiwiyata mandiri.
·
Masalah keperluan kompos, tong sampah dan
biopori Dinas Lingkungan Hidup banyak punya. Untuk proses pencariannya harus melalui
proses pengajuan surat dan proposal, sebagai dasar pengeluaran barang.
·
Sekolah perlu punya yel adiwiyata dan dapat digunakan
dalam proses penyambutan tim penilai adiwiyata tingkat provinsi.
·
Sekolah jangan banyak mengeluarkan dana karena
lomba ini didasari atas kesadaran sendiri peduli lingkungan.
·
Dinas memiliki quota biopori sebanyak 51 biopori
dan dapat dimohon melalui mengajukan permohonan, nanti pihak ketiga yang
menggarapnya.
·
Penanganan sampah plastik harus diwadahi dan
dijual dengan bekerjasama dengan pihak bank sampah. Harga perkilo sampah plastik
adalah Rp. 1.500,00.
·
Adakan rapat dengan Yayasan Sekolah dan minta
dukungan serta berkoordinasi baik menggunakan kantin sekolah.
·
Kamar mandi dan WC belum terpisah antara anak
laki dengan perempuan, untuk ke depannya sebaiknya terpisah.
Tanggapan kasek terkait dengan masukan yang
diberikan, bahwasannya sekolah sudah melakukan kerjasama dan membuat MOU dengan
pihak bank sampah namun terkendala jumlah yang sedikit dan jarang diambil, akhirnya
diambil ahli oleh pesuruh sendiri menjual ke pihak pengepul. Sekolah juga sudah
membuat MOU dengan pengelola sampah plastik Manik Bumi, namun kegiatannya
berupa memberi workshop kepada siswa-siswi membuat karya kerajinan tangan
menggunakan sampah plastik.
Beberapa tim adiwiyata sekolah mengajukan pertanyaan
kepada tim pembina kabupaten, diantaranya. Bapak Made Resika memohon agar tim
berkenan untuk melihat administrasi yang telah disiapkan dan berkenan juga
memberi masukan. Ibu Made Dwi Lidyastuti menanyakan bagaimana melibatkan pihak
orang tua dan komete, apa boleh berupa kegiatan seperti sosialisasi
ketrampilan, bantuan berupa barang atau berupa tanaman? Bapak Gede Sutanya memohon
agar pihak Dinas berkenan memberi pelatihan dan memberi bantuan peralatan
komposter, sehingga anak-anak dapat pengetahuan dan ketrampilan membuat kompos.
Tanggapan dari pihak tim pembina kabupaten, selain
administrasi aplikasi dan hardcopy untuk menopang semua kegiatan lomba adiwiyata
foto-foto juga perlu disiapkan sebagai bentuk bukti terselenggaranya suatu
kegiatan. Sebenarnya ada satu orang tim lagi seharusnya ikut hadir dalam
pembinaan, beliau khusus menangani bidang administrasi karena ada acara yang
tidak bisa ditinggalkan terpaksa beliau absen, nanti beliau akan datang sendiri
ke sekolah. Ibu A.A. Mariati menanggapi pertanyaan dari Ibu Lidya, semua bentuk
bantuan dari pihak komete dan orang tua bisa diterima atas dasar sukarela dan
tidak mengikat. Perihal bantuan diklat membuat kompos dan alat komposter bisa diajukan
kepada Dinas Lingkungan Hidup berupa surat permohonan. Pihak Dinas lingkungan
hidup sudah sering melatih warga desa yang sadar lingkungan dan membiayai 4
orang warga untuk ikut diklat ke tingkat provinsi. Untuk alat komposter jumlah alatnya terbatas yang
paling memungkinkan adalah statusnya meminjam dulu sehingga semua sekolah yang
ikut lomba adiwiyata bisa menggunakan. Ketua tim pembina juga menjelaskan
tentang fungsi dari biopori. Biopori berfungsi selain sebagai penyerap air
hujan yang berlebihan juga berfungsi sebagai pembuat kompos. Semua sampah
organik dapat dimasukan ke dalam biopori. Nanti setiap tiga bulan dipanen
komposnya dan dapat digunakan untuk memupuk tanaman di kebun.
Kegiatan pembinaan dan diskusi diakhiri pukul 12.00
oleh kepala sekolah dengan mengucapkan parama shanti.