PERAYAAN
SIWA LATRI
SEKOLAH
LABORATORIUM UNDIKSHA
Siswa lengang mengikuti perayaan Siwa Latri |
Manggala upacara Siwa Latri JM Drs Wyn Darta |
Staf pimpinan dan pegawai mengikuti persembahyangan |
Prosesi nunas wasupada Ida Betara |
Prosesi nunas wasupada Ida Betara oleh siswa |
Jro Kelian Pengempon Pura Drs.Md Arnaya beri pencerahan |
Sekolah Lab Undiksha (Kamis, 26 Januari 2017), perayaan hari besar Siwa
Latri di Sekolah Laboratorium Undiksha untuk tahun ini dilaksanakan secara
sederhana. Perayaannya berupa persembahyangan bersama di pelataran Pura Padmasana
Sekolah. Persembahyangan dimulai dari pukul 08.00 s/d 09.00 Wita.
Bertindak sebagai manggala upacara Jro Mangku Drs. I Wayan Darta dibantu
Bapak Drs. I Gst Putu Merta. Pada saat itu yang hadir diantaranya, Kepala Sekolah
SD, SMP, KTU SMA, beberapa guru dan pegawai. Kelian pengempon pura Bapak Drs. I
Made Arnaya dan Koordinator seksi palemahan Bapak I Ketut Juwita, B.Sc. juga
hadir. Siswa yang hadir saat itu jumlahnya sedikit. Lebih sedikit dari tahun
lalu, hal ini mungkin disebabkan karena perayaan hari Siwa Latri saat ini
bertepatan dengan hari libur Pagerwesi dan hari tahun baru Imlek, sehingga
anak-anak kebanyakan berlibur di kampung halaman mereka bersama orang tua.
Acara persembahyangan meliputi kegiatan nganteb banten oleh Jro mangku,
puja tri sandhya dipandu Bapak Drs I Gst Putu Merta, keramaning sembah, nunas
wasupada ida betara, pencerahan/ darmawacana siwa latri dan parama shanti
serta di akhir kegiatan Bapak Ibu guru
dan pegawai diajak ngelungsur prasadam.
Yang memberikan darmawacana saat itu adalah Bapak Drs. I Made Arnaya. Pada
kesempatan itu beliau mengulas makna dari perayaan siwa latri. Ada tiga prinsip
dan hal yang harus diupayakan dalam melaksanakan perayaan siwa latri untuk
mendapat berkah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini Dewa Siwa sebagai
manespestasinya, yaitu doa, usaha dan pelayanan. Doa dilakukan dengan bersembahyangan
dan japa, mengulang nama-nama Tuhan dengan mantram “OM Nama Siwa ya”. Usaha dengan
melakukan “melek/jagra”. Melek disini bukan semata bergadang semalam suntuk
melainkan melek disini adalah sadar diri. Penyadaran penuh atas diri sendiri
bahwa diri kita ini adalah atma yang bersemayam dalam badan kasar. Maka usaha
kita adalah bagaimana cara agar atma ini bisa manunggal dengan paramaatma. Tentu
disini kita harus tidak henti-henti melakukan kebaikan. Pelayanan disini
maksudnya adalah dengan melakukan kerja yaitu melayani diri sendiri, orang tua
dan orang lain. Konsep pelayanan ini menjelaskan bahwa di dalam setiap manusia
dan makhluk ada pengejawantahan dari Tuhan dalam bentuk atman. Melayani manusia
dan makhluk berarti melakukan pelayanan terhadap Tuhan. Tidak ada buah/pala
karma tanpa melakukan kerja. Pahala/buah karma yang manis tentunya adalah karma
atau perbuatan baik. Untuk itu mari kita bersama usahakan selalu berbuat baik
demi masa depan atma kita sehingga bisa menyatu dengan Sang Pencipta. Kegiatan darmawacana
diakhiri dengan parama shanti.